|

Jembatan Terputus, Longsor Di Mana-Mana — Tim Mapala Leuser USK Tembus Desa Bergang Demi Bantuan Kemanusiaan

Aceh Tengah, 8 Desember 2025 — Di antara kabut pegunungan Ketol dan dinginnya udara Aceh Tengah, suara langkah sepuluh anggota Tim UKM PA Mapala Leuser USK memecah sunyi. Mereka baru saja melewati malam panjang di Posko KM 60, bersama 19 warga Desa Bergang — desa terpencil yang kini terisolasi akibat jembatan putus dan belasan titik longsor.

Sejak Siklon Tropis Senyar melanda, Jembatan Bergang menjadi urat nadi terakhir bagi masyarakat Ketol, menghubungkan Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah. Namun ambruknya akses di Tenge Besi menjadikan desa ini seakan hilang dari peta. Sinyal seluler lenyap, jalur logistik terputus, hanya suara sungai dan detak kecemasan warga yang tersisa.

Di antara para pengungsi, ada seorang ibu dengan kaki yang sakit dan tak mampu berjalan keluar dari desa. Tidak ada yang sanggup mengevakuasinya. Cerita itulah yang menjadi alarm bagi Mapala Leuser — bahwa waktu bukan sekadar angka, tapi nyawa.

Langkah kemanusiaan menembus kabut Ketol, relawan Mapala Leuser memanggul logistik melewati longsor menuju Desa Bergang.

Pagi 6 Desember, tim berangkat dari Banda Aceh. Perjalanan yang semula direncanakan menggunakan mobil Triton berubah total ketika realitas lapangan menunjukkan hal lain. Di tengah keterbatasan logistik, mereka menumpang dump truck hingga Wih Porak, melanjutkan perjalanan dengan dua mobil double cabin milik warga, sebelum akhirnya harus berjalan kaki.

Saat memasuki kawasan Tenge Besi, suara longsor terdengar seperti gemuruh. Mobil tak dapat bergerak lagi. Semua barang, bahan bakar, logistik, sling baja, perahu karet, dipanggul ke seberang titik longsor sebelum kembali dimuat ke pick-up sewaan. Di jembatan Tenge Besi, tim menemukan satu-satunya akses penyebrangan: bentangan kabut dan jurang. Bersama warga, mereka memasang sling baja pertama — jalur darurat untuk manusia dan barang. Jhon, salah satu anggota tim, menjadi orang pertama yang menyeberang, menguji kekuatan sling sambil mempertaruhkan dirinya. “Per hari ini, pengiriman barang dan orang sudah bisa dioperasikan. Murni berkat kerja sama tim Mapala Leuser dengan warga,” demikian laporan Prof. Akhyar, Pembina UKM PA Mapala Leuser USK kepada tim media Satgas USK.

Namun perjuangan belum usai. Dari Ronga-Ronga menuju Jembatan Ayun (perbatasan Aceh Tengah – Bener Meriah), medan semakin ekstrem. Ada jalan yang hanya bisa dilewati motor, ada yang hanya bisa dilalui dengan memanjat, membawa barang berjam-jam dalam kondisi dingin dan hujan. Di Jembatan Ayun, penyebrangan kembali dilakukan dengan sling baja dan bambu. Satu per satu relawan dan warga melaju di atas tali baja yang melintang di atas sungai. Barang-barang berat diantar warga ke desa, sedangkan tim melanjutkan perjalanan berjalan kaki, hingga akhirnya mendapat tumpangan menuju Desa Bergang.

Bersama warga, Mapala Leuser membuka akses pertama bagi bantuan masuk ke Desa Bergang.

Hari ini, tim telah tiba di Desa Bergang dalam kondisi seluruh anggota sehat. Besok, tim akan dibagi dua: sebagian memasang jalur penyeberangan perahu karet untuk memastikan akses evakuasi, sementara sebagian lainnya mengambil sling baja dan perlengkapan yang tertinggal di Gedung Putih untuk melengkapi lintasan final.

Kondisi jaringan komunikasi masih sangat terbatas. Akses internet hanya bisa diperoleh dengan Wi-Fi Bakti milik desa, dan itu pun baru aktif setelah tim membawa genset, menghidupkan kembali komunikasi yang sempat lumpuh total.

“Kalau tim tidak merespons, artinya sedang terkendala jaringan,” begitu pesan yang dikirim pembina kepada posko media Satgas USK. Membawa Bantuan Lewat Jalur yang Bahkan Tidak Ada Dalam operasi kemanusiaan, bantuan biasanya diberikan melalui jalur yang tersedia. Di Desa Bergang, jalurnya bahkan harus dibuat terlebih dahulu.

Sling dipasang, perahu diaktifkan, genset dinyalakan, jurang ditembus, barang dipanggul, waktu dilawan. Ini bukan sekadar perjalanan logistik. Ini adalah bukti bahwa kemanusiaan tetap bergerak meski medan seolah berkata jangan. Dengan koordinasi Satgas USK untuk Respons Senyar Aceh, tim Mapala Leuser telah membuka akses pertama bagi penyaluran bantuan ke desa yang selama enam hari terakhir benar-benar terisolasi. Dan bagi masyarakat Desa Bergang, hari ini bukan sekadar hari ke-delapan pascabencana. Hari ini adalah hari pertama mereka kembali terhubung dengan dunia.

Seluruh rangkaian kegiatan ini berada di bawah koordinasi Satgas USK untuk Respons Senyar Aceh. Informasi resmi, laporan lokasi, dan pembaruan kegiatan tersedia melalui senyar-aceh.usk.ac.id dan Instagram @senyaracehusk. Dukungan publik dapat disalurkan melalui Rekening Donasi: BSI 7099400409 a.n. Rumah Amal USK. Posko Utama Satgas USK untuk Respons Senyar Aceh beroperasi di Gedung TDMRC USK. Call Center: 0851-2229-6004. (Dhi)

Similar Posts