Jejak Peluh Di Tengah Bencana, Menilik Kisah Ruang Operasi Caesar Perdana RSUD Pidie Jaya Selamatkan Nyawa Bersama Tim Medis Satgas USK

Pidie Jaya, 30 November 2025 – Tim Medis SATGAS USK untuk respons senyar Aceh mencatatkan sejarah baru di RSUD Pidie Jaya. Dalam situasi yang masih kacau pascabencana, 11 pasien obstetri datang hampir bersamaan, dan 10 diantaranya membutuhkan operasi caesar darurat. Di tengah kondisi rumah sakit yang limbung, keterbatasan tenaga medis, dan alat yang harus dipakai bergantian, tim medis harus bergerak cepat tanpa ruang untuk menunda, sebuah momen yang bukan hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga memberi tanda bahwa kehidupan masih berusaha menembus reruntuhan.

“Di tengah bencana, semua batasan itu hilang. Yang tersisa hanyalah kebutuhan untuk menyelamatkan nyawa,” ucap dr. Zulkarnain selaku ketua tim medis yang berada di lokasi, seolah memadatkan seluruh ketegangan dan keikhlasan malam itu dalam satu kalimat.

Dalam situasi kacau tersebut, layanan bersalin pun mengalami krisis tenaga seperti bidan sangat terbatas. Malam itu, dalam satu rentang waktu yang tidak panjang, terdata 11 pasien obstetri yang membutuhkan penanganan segera, dan 10 diantaranya membutuhkan operasi caesar. Setiap kasus membawa resikonya masing masing. Ada pasien dengan distosia PK2, ketika proses persalinan tersendat dan tidak ada kemajuan meski waktu sudah berjalan panjang. Ada seorang ibu dengan preeklamsia berat, tekanan darahnya tidak dapat dikontrol meski obat telah diberikan. Ada pula yang memiliki letak janin lintang, mustahil dilahirkan normal. Beberapa pasien memiliki riwayat operasi caesar dua kali, sehingga upaya melahirkan secara normal sama saja dengan mengundang bahaya besar. Selain itu, terdapat ibu yang mengalami ketuban pecah lebih dari 24 jam, meningkatkan risiko infeksi ibu dan bayi. Situasi yang seharusnya mendapatkan fasilitas lengkap dan tim tenaga kesehatan penuh justru terjadi dalam kondisi darurat, penuh keterbatasan, dan tekanan waktu yang tak kenal kompromi.

Tim Medis Satgas USK melakukan operasi caesar darurat di RSUD Pidie Jaya pada masa respons bencana Badai Senyar Aceh, memastikan layanan obstetri tetap berjalan meski dalam kondisi terbatas.

“Menunda sama dengan mempertaruhkan dua nyawa. Kami melihat langsung kondisinya. Tidak ada pilihan lain selain melakukan operasi segera, pasien dengan ketuban pecah lebih 24 jam bisa menyebabkan infeksi yang berbahaya pada ibu dan janin” ungkap Liza Muknisa, selaku PPDS Obgyn yang berada di ruang operasi malam itu.

Menjalankan operasi di tengah bencana bukanlah hal mudah. Walau ruang operasi RSUD Pidie Jaya masih layak digunakan, tantangan besar menghadang di banyak lini. Peralatan medis terbatas dan harus digunakan secara bergantian. Alat-alat yang selesai digunakan harus disterilkan ulang satu per satu, dan yang bertugas melakukan sterilisasi hanya satu petugas yang masih aktif karena yang lain terdampak banjir. Komunikasi dengan dokter anestesi terganggu akibat jaringan yang tidak stabil, sehingga koordinasi harus dilakukan dengan improvisasi. Sementara itu tenaga bidan sangat minim, sehingga observasi bayi dan ibu harus dilakukan dengan kerja berlapis.

“Kami menggunakan apa yang ada. Walaupun alat harus digilir, kami tetap lanjutkan operasi. Pasien tidak bisa menunggu,” papar Liza Muksina, menegaskan bagaimana alur kerja malam itu tidak memiliki jeda.

Tangisan bayi yang biasanya menjadi suara umum kini berubah menjadi simbol harapan. Suara itu hadir di tengah generator yang bekerja keras dan di tengah tubuh tubuh tenaga medis yang tidak sempat beristirahat sejak hari pertama tiba. Para dokter tidak menyangka bahwa dalam kondisi sekacau itu, operasi dapat berjalan selancar yang mereka upayakan. Ruang operasi yang biasanya menjadi tempat kerja klinis yang tenang kini menjadi arena darurat di mana setiap detik membawa makna berbeda. Para dokter bergerak cepat, perawat dan tenaga anestesi bekerja dalam keheningan yang hanya dipecah oleh instruksi singkat dan dering alat monitor. Di luar ruang operasi, para suami, keluarga, dan warga terdampak duduk di lorong yang remang, mengantongi rasa cemas sekaligus berharap bahwa dokter dokter yang tengah berjuang itu mampu melawan batas batas kondisi bencana.

Tim Medis Satgas USK memastikan layanan obstetri di RSUD Pidie Jaya tetap optimal, mulai dari operasi caesar darurat hingga pemeriksaan USG untuk pemantauan ibu dan janin.

Tim medis B dan C dari Satgas USK untuk Respons Badai Senyar Aceh tiba di Pidie Jaya sebagai tim bantuan gelombang kedua, menggantikan tim A yang sudah sejak hari pertama berjuang tanpa henti. Mereka datang membawa tenaga, namun segera mendapati bahwa kenyataan di lapangan jauh lebih berat dari perkiraan. IGD penuh sesak oleh pasien yang datang tanpa henti, ada yang terluka saat evakuasi, ada yang terkena sengau puing rumah, ada pula warga dengan penyakit kronis yang kambuh setelah berhari-hari berjuang membersihkan rumah mereka yang hancur. Di ruang rawat, sebagian besar kamar belum dibuka karena banyak tenaga kesehatan tidak dapat bertugas rumah mereka terendam, keluarga mereka terpisah, hidup mereka sendiri sedang porak-poranda.

Pasien berdatangan tanpa henti. Banyak tenaga kesehatan yang belum bisa bertugas karena rumah mereka ikut terdampak. Di tengah itu semua, keputusan harus cepat. Operasi tidak bisa menunggu,” ujar dr. Zulkarnain.

Di tengah segala keterbatasan itu, kolaborasi medis justru melampaui batas-batas wilayah dan institusi. Tim USK dibantu oleh dokter dokter dari Universitas Hasanuddin, termasuk seorang dokter kandungan dan dokter BPDS yang tiba tepat waktu untuk ikut menyelamatkan nyawa. Tenaga kamar operasi dari RSU Zainal Abidin juga turut bergabung, memperkuat proses tindakan di ruang operasi.

Ketika masyarakat masih menghitung kerugian dan memunguti sisa-sisa hidup, para tenaga medis memilih untuk menjadi dinding terakhir tempat kehidupan kembali bernafas. Malam itu, di sebuah rumah sakit yang dikepung bencana, manusia membuktikan bahwa bahkan dalam rahim bencana, kehidupan tetap menemukan jalan. Dan dari ruang operasi yang sederhana itu, lahirlah bukan hanya enam bayi, tetapi juga bukti bahwa harapan tak pernah benar-benar hilang ia hanya menunggu untuk diperjuangkan.

Seluruh rangkaian kegiatan berada di bawah koordinasi Satgas USK untuk Respons Senyar Aceh. Informasi resmi, laporan lokasi, dan pembaruan kegiatan tersedia melalui senyar-aceh.usk.ac.id dan Instagram @senyaracehusk. Dukungan publik dapat disalurkan melalui Rekening Donasi: BSI 7099400409 a.n. Rumah Amal USK. Posko Utama Satgas USK untuk Respons Senyar Aceh beroperasi di Gedung TDMRC USK. Call Center: 0851-2229-6004. (Dea)

Similar Posts